Oleh: Muhammed Syukron at-Toha
وَرُسُلاً قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلاً لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى
تَكْلِيمًا
“Dan (Kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”
Al-Qur`an selalu menarik sekaligus menjadi tantangan bagi manusia untuk dikaji. Karena kitab yang pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan ini mengandung ajaran ilahi yang berfungsi sebagai juru penyelamat manusia dan menjadi tantangan. Karena di dalamnya banyak “rahasia” tuhan yang masih belum tersingkap; yang disebabkan “keterbatasan” kemampuan manusia. Oleh karena itu, tuntutan untuk mengkajinya semakin mengkristal seiring lajunya arus modernisasi dan globalisasi, hingga al-Qur’an tetap menjadi Hudan li an Nas. Dan untuk merealisasikan al-Qur`an sebagai hudan li an-Nas pada diri kita adalah bagaimana caranya kita mengaplikasikan apa yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari. Namun, semua itu tentu tidak mudah seperti apa yang kita bayangkan. Untuk itu kita juga tidak bisa lepas dari sebuah kisah-kisah umat dahulu yang bisa kita jumpai dalam setiap surat. Semua kisah itu tentu sebagai ibroh ketika kita belum bisa mengaplikasiakn apa yang ada dalam al-Qur`an dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya kisah Nabi Luth a.s. beserta kaumnya. Berbicara tentang kisah, tentu sangat mengasyikan ketika kita bisa menghayati betul alur cerita terebut. Apalagi ketika kisah tersebut mengandung nilai positif. Nah, disini penulis mungkin hanya akan sedikit mencoba menguak sebuah kisah tentang seorang kaum yang melakukan perbuatan yang sangat tercela yaitu melakukan hubungan intim sesama jenis atau homoseksual. Yang mana perbuatan itu belum pernah dilakukan oleh kaum-kaum sebelumnya. Kaum ini adalah kaumnya Nabi Luth a.s. kisah ini diabadikan dalam Al Qur`an di beberapa surat yang berlainan, diantaranya: Surat Al A’raaf: 80-84, Surat Huud: 69-83, Surat al Hijr: 51-77, Surat asy Syu’araa: 160-175, Surat an Naml: 54-58, Surat al ‘Ankabuut: 28-35, Surat ash Saaffaat: 133-138, Surat adz Dzariyaat: 31-37, Surat al Qamar: 33-40.
Nabi Luth a.s. dan Dakwahnya dengan Sodom
Nabi Luth a.s. ialah seorang yang patuh terhadap agama, beliau dibesarkan dikeluarga yang mentauhidkan Allah. Beliau adalah anak dari saudara laki-lakinya Nabi Ibrahim a.s. yang bernama Harun Ibnu Tarih. Nabi Ibrahim a.s. sendiri adalah seorang penegak agama tauhid. Beliau beriman kepada Nabi Ibrahim a.s. yang kemudian mendampinginya dalam semua perjalanan. Dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan . Akhirnya mereka membagi dua peternakannya dan berpisahlah Nabi Luth a.s. dengan Nabi Ibrahim a.s. Beliau pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sodom. Sesampai di negeri tersebut beliau melihat dengan mata telanjang kelakuan kaum Sodom yang sangat tercela, suka melakukan maksiat, suka merampok, selalu mengajak kepada kemungkaran dan paling parah lagi adalah melakukan hal yang sangat dibenci oleh agama, yang mana belum pernah dilakukan oleh kaum-kaum sebelumnya. Yaitu melakukan homoseksual. Ketika melihat hal itu, Nabi Luth a.s. lansung muncul semangat keagamaanya untuk menegakkan agama tauhid yang diajarkan pamannya dan mencegah perbuatan terkutuk itu. Beliau dengan halus mengajak kaum Sodom untuk meninggalkan segala perbuatan mungkar terutama perbuatan homoseksualnya. Namun sebagaimana yang kita tahu bahwa yang namanya dakwah tidak selalu menemui jalan yang mulus adakalanya mendapati jalan yang terjal. Begitu juga yang dialami oleh Nabi Luth a.s., beliau tidak mendapatkan tanggapan yang positif dari kaumnya malah sebaliknya. Bahkan tidak seorang pun yang mengamini ajakannya malah beliau mendapat cercaan dari kaumnya. Mereka menganggap angin lalu saja apa yang diserukan oleh Nabi Luth a.s. Bahkan malah perbuatan mereka semakin membabi buta dan meraja-lela. Mereka malah menganggap apa yang dilakukannya adalah sebuah kemuliaan dan apa yang di ajarkan oleh Nabi Luth a.s. adalah sebuah kenistaan, seperti perkataan mereka yang diabadikan dalam Al Qur`an dalam surat An Naml ayat 56 yang berbunyi :
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلاَّ أَن قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِّن قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
“Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; Karena Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih”.
Selain melakukan homoseksual mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama seperti merampok, suka berkhianat, dan selalu dalam jurang kemungkaran. Sampai dikatakan bahwa mereka sering kentut dalam sebuah majelis dan lebih anehnya lagi tidak ada rasa malu sama sekali pada diri mereka. Dan hal itupun terkadang terjadi dalam sebuah pesta tertentu, mereka pun tidak memungkirinya. Hal itu terjadi tanpa teguran dari orang diantara mereka dan itu berlangsung secara terus menerus di hari-hari berikutnya tanpa ada sebuah penyesalan dan keinginan untuk berubah untuk masa yang akan datang.
Nabi Luth a.s. yang prihatin akan apa yang ada pada kaumnya tanpa putus asa beliau terus mengajak mereka untuk berubah. Mengajak mereka untuk beralih-haluan kejalan yang lurus, jalan yang diridhai oleh Allah Swt. Namun apa kata kaumnya? Sebuah perkataan yang membuat Nabi Luth a.s. hanya pasrah kepada Allah Swt. Seperti termaktub dalam surat Al ‘Ankabuut ayat 29
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلاَّ أَن قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.
Karena kepasrahan seorang Nabi yang mulia ketika mendengar jawaban kaumnya yang memintanya untuk mendatangkan adzab dari yang maha kuasa. Maka Allah Swt. mengabulkan apa yang diminta oleh kaumnya dengan mengutus para malaikat untuk memberi kabar tentang akan datangnya adzab kepada kaum Sodom. Seolah-olah Nabi Luth a.s. lah yang meminta adzab kepada kaumnya. Para malaikat itu membawa berita itu di barengi dengan kabar gembira tentang akan lahirnya putra Nabi Ibrahim a.s. dari istrinya yang bernama sayyidah Hajar r.a yang termaktub dalam surat adz-Dzuriyyaat ayat 31-34, dan dalam surat al-‘Ankabuut ayat 31-32, serta dalam surat Huud ayat 74.
قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُونَ * قَالُوا إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمٍ مُّجْرِمِينَ * لِنُرْسِلَ عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّن طِينٍ* مُسَوَّمَةً عِندَ رَبِّكَ لِلْمُسْرِفِينَ
“Ibrahim bertanya: “Apakah urusanmu Hai para utusan?”.”
” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth”.”
” Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah.”
“Yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas”.
وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا إِنَّا مُهْلِكُو أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ إِنَّ أَهْلَهَا كَانُوا ظَالِمِينَ * قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطًا قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَن فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلاَّ امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِين
“Dan tatkala utusan kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk negeri (Sodom) ini; Sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang yang zalim”.”
“Berkata Ibrahim: “Sesungguhnya di kota itu ada Luth”. para malaikat berkata: “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya. dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
فلما ذهب عن إبراهيم الروع وجاءته البشرى يجادلنا في قوم لوط
“Kemudian sesudah Nuh, kami utus beberapa Rasul kepada kaum mereka (masing-masing), Maka rasul-rasul itu datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka tidak hendak beriman Karena mereka dahulu Telah (biasa) mendustakannya[3]. Demikianlah kami mengunci mati hati orang-orang yang melampaui batas”.
Pra- Turunnya Adzab Kaum Sodom
Sebelum para malaikat menyampaikan berita akan adzab Allah Swt. terhadap kaum Sodom, mereka menemui Nabi Ibrahim a.s. terlebih dahulu untuk menyampaikan kabar gembira buat beliau. Dan dalam pertemuan antara Nabi Ibrahim a.s. dengan para malaikat terjadi percakapan yang menanyakan keponakannya. Dengan melihat ayat pada surat Al ‘Ankabuut jelas sekali kekhawatiran Nabi Ibrahim a.s. akan Nabi Luth a.s. bahkan terjadi perdebatan diantara mereka sehingga Allah Swt. memperingatkan beliau dalam surat Huud :75-76
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُّنِيبٌ * يَا إِبْرَاهِيمُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا إِنَّهُ قَدْ جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ وَإِنَّهُمْ آتِيهِمْ عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُودٍ
“Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah”.
“Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, Sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan Sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak”.
Seperti yang di sebutkan oleh Sa’id bin Jabir, as-Sadi, Qatadah, dan Muhammad bin Ishaq bahwa Nabi Ibrahim a.s. bertanya dengan beberapa pertanyaan kepada para malaikat. “Apakah kalian akan menghancurkan sebuah kota dimana didalamnya ada tiga ratus orang mukmin”, Tanya Nabi Ibrahim a.s. “Tidak”, jawab para malaikat. “Apakah kalian akan menghancurkan sebuah kota dimana didalamnya ada dua ratus orang mukmin”, lanjut beliau. “Tidak”, jawab para malaikat. “Apakah kalian akan menghancurkan sebuah kota dimana didalamnya ada empat puluh orang mukmin”, Tanya Nabi Ibrahim a.s. berlanjut. Dan beliaupun menemui jawaban yang sama dari jawaban para malaikat sebelumnya. “Apakah kalian akan menghancurkan sebuah kota dimana didalamnya ada empat belas orang mukmin”, lanjut beliau. Namun jawaban yang beliau dapat tetap sama. Kemudian Ibn Ishaq berkata “Nabi Ibrahim a.s. melanjutkan pertanyaan “kalau didalam kota ada empat belas orang?”. “Tidak” jawab para malaikat dengan tegas. Kemudian Nabi Ibrahim a.s. bertanya lagi apakah kalian akan menghancurkan sebuah kota dimana didalamnya ada satu orang mukmin. Namun jawaban para malaikat pun masih sama. Sampai Nabi Ibrahim a.s. berkata kepada para malaikat yangdiabadikan dalam surat al-‘Ankabuut ayat 32[4].
قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطًا قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَن فِيهَا
“Ibrahim berkata : “Sesungguhnya di kota itu ada Luth”. para malaikat berkata: “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu”.”
Menurut ahli kitab mengatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. ketika mendengar kabar tentang adzab kaum Sodom beliau bertanya kepada Tuhannya. Beliau bertanya kepada Tuhannya apakah akan menghancurkan mereka (kaum Sodom-red) sedangkan diantara mereka ada lima puluh orang shaleh?. “Tidak”, jawab Tuhan. Dan pertanyaan Nabi Ibrahim a.s. kepada Tuhannya berlanjut sampai berakhir pada pertanyaan akankah Tuhannya menghancurkan kaum Sodom sedangkankan diantara mereka ada sepuluh orang saleh. Namun jawabannya tetap sama[5].
Akhir dari Dakwah Nabi Luth a.s.
Allah Swt. berfirman dalam surat Huud ayat 77
وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ
“Dan tatkala datang utusan-utusan kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya Karena kedatangan mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit.”
Para mufassirin mengatakan bahwa ketika para malaikat yaitu Jibril a.s., Mikail a.s., dan Israfil a.s. meninggalkan Nabi Ibrahim a.s. menuju kota Sodom mereka menjelma menjadi seorang pemuda gagah nan rupawan. Dan mereka langsung menuju ke rumah Nabi Luth a.s. ketika itu tepat saat terbenamnya matahari. Dan ketika Nabi Luth a.s. tahu ada seorang pemuda gagah nan rupawan, beliau merasa cemas bilamana pemuda tersebut akan bertamu ke selain rumahnya.
As-Sadi mengatakan bahwa para malaikat pergi meninggalkan Nabi Ibrahim a.s. menuju kota Sodom dan mereka sampai di sana tepat pada siang hari. Dan ketika itu mereka bertemu dengan dua gadis yang sedang mengambil air minum untuk keluarganya. Mereka berdua adalah putri Nabi Luth a.s. Yang paling besar namanya Aritsa dan yang paling kecil adalah Zaghutsa. Para malaikat kemudian menghampiri mereka berdua dan bertanya kepada mereka berdua “Wahai gadis kecil, apakah daerah sini sudah masuk perkampungan?”. “Betul” , jawab dua gadis tadi dengan serempak. “Jangan masuk dahulu keperkampungan ini sebelum kami datang bertemu dengan kalian lagi”, lanjutnya. Mereka berdua sengaja berbuat demikian karena merasa kasihan dengan mereka bila mana kaum Sodom mengetahui ada seorang pemuda gagah nan rupawan. Mereka berdua berlalu meninggalkan tiga pemuda tadi menuju rumahnya untuk melapor kepada ayahandanya bahwa ada seorang pemuda yang datang ke kota ini. Ketika sesampainya di rumah mereka memanggil ayahandanya “Wahai ayahanda kami berjumpa dengan tiga pemuda di pintu gerbang kota”. “Kami tidak pernah melihat mereka bahwa mereka adalah termasuk kaum Sodom, mereka terlihat lebih rupawan dibandingkan dengan kaum Sodom, jangan sampai kaum Sodom mengambil mereka dan menjadikan mereka sebagai pemuas nafsunya”, lanjutnya. Kemudian mereka (para malaikat-red) ditemui dan diajak kerumah oleh Nabi Luth a.s. dan tidak ada seorang pun tahu akan hal itu selain Nabi Luth a.s. dan keluarganya. Namun dengan diam-diam istri Nabi Luth a.s. keluar rumah dan memberitahukan kepada kaum Sodom bahwa didalam rumahnya ada tiga pemuda yang sangat gagah nan rupawan. Dan ketika kaum Sodom mengetahui hal itu, mereka datang berduyun-duyun menuju rumah Nabi Luth a.s. dengan tergesa-gesa[7]. Sesampainya di depan rumah Nabi Luth a.s. mereka dengan lantang meminta kepada Nabi Luth a.s. agar menyerahkan tamunya. Namun Nabi Luth a.s. menolak dengan lemah lembut dan menasehati mereka agar bertobat dan kembali kejalan yang lurus serta gaulilah perempuan-perempuan diantara kamu. Dan hal ini cukup jelas dalam surat Huud ayat 78 yang berbunyi
وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِن قَبْلُ كَانُواْ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَا قَوْمِ هَؤُلاء بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُواْ اللَّهَ وَلاَ تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنكُمْ رَجُلٌ رَّشِيدٌ
“Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, Inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak Adakah di antaramu seorang yang berakal?”.”
Dan dalam surat al-Hijr ayat 67-71
وَجَاءَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ يَسْتَبْشِرُونَ * قَالَ إِنَّ هَؤُلاء ضَيْفِي فَلاَ تَفْضَحُونِ * وَاتَّقُوا اللَّهَ وَلاَ تُخْزُونِ * قَالُوا أَوَلَمْ نَنْهَكَ عَنِ الْعَالَمِينَ * قَالَ هَؤُلاء بَنَاتِي إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ
“Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu.”
“Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; Maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku)”.”
“Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina”.
“Mereka berkata: “Dan Bukankah Kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?”.”
“Luth berkata: “Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)”.”
Namun kaum Sodom menolak dan bersikukuh meminta pemuda yang ada dalam rumah Nabi Luth a.s. karena keinginan mereka hanya pada sesama laki-laki bukan menginginkan seorang perempuan. Seperti yang terdapat dalam surat Huud ayat 79.
قَالُواْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ
“Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu dan Sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki”.”
Hancurnya Kaum Sodom
Allah Swt. Berfirman
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Demi umurmu (Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)”. (surat al-Hijr : 72)
وَلَقَدْ أَنذَرَهُم بَطْشَتَنَا فَتَمَارَوْا بِالنُّذُرِ * وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَن ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ * وَلَقَدْ صَبَّحَهُم بُكْرَةً عَذَابٌ مُّسْتَقِرٌّ
“Dan Sesungguhnya Dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, Maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu.”
“Dan Sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamnuya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.”
“Dan Sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal.” (al-Qamar: 36-38).
Para mufasirin dan lainnya mengatakan bahwa Nabi Luth a.s. melarang kaumnya yang mencoba masuk rumahnya dengan paksa dengan mendorong mereka dan menutup pintu. Namun kaum Sodom tetap bersikeras mencoba masuk dan terus mendorong pintu yang telah ditutup oleh Nabi Luth a.s. dan beliau menjadikan dirinya sebagai penahan pintu rumahnya. Tapi ketika keadaan sudah tidak memungkinkan lagi dan semakin mendesak maka berkatalah Nabi Luth a.s. kepada tamunya:
قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ
“Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).”
Dan para malaikat pun menjawab:
قَالُواْ يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُواْ إِلَيْكَ
“Hai Luth, Sesungguhnya Kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu.”
Para Ahli Tafsir menambahkan bahwa ketika itu malaikat Jibril keluar dan memukulkan ujung sayapnya ke wajah kaum Sodom hingga tidak ada sedikitpun jejak mereka. Kemudian para malaikat memerintahkan Nabi Luth a.s. dan keluarganya agar meninggalkan kota Sodom disaat malam mulai beranjak pagi dan tidak diperkenankan menoleh kebelakang ketika mendengar adzab yang menimpa kaum Sodom kecuali istrinya. Seperti yang tertmaktub dalam surat Huud ayat 81
فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ وَلاَ يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلاَّ امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
“Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya Dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka, karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; Bukankah subuh itu sudah dekat?”.
Dan ketika Nabi Luth a.s. beserta rombongan sudah benar-benar keluar dari kota Sodom yang bersamaan dengan terbitnya matahari, maka datanglah apa yang telah dijanjikan Allah Swt. kepada kaum Nabi Luth a.s. seperti disebutkan dalam al-Qur`an:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنضُودٍ * مُّسَوَّمَةً عِندَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.”
“Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu Tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (Surat Huud: 82-83).
Maka jadilah mereka dan kampung mereka menjadi sebuah lautan busuk yang airnya tidak bisa diambil manfaatnya.
Leagalisasi Homoseksual
Dalam era globalisasi ini tentu saja pelbagai masalah semakin kompleks. Apalagi dalam ranah keilmuan, dimana semakin gencar apa yang disebut dengan kontroversial. Sebagaimana yang kita tahu bahwa belum lama ini kita dikagetkan dengan penghalalan homo ataupun lesbi. Di UIN Syarif Hidayatulloh sendiri, secara terang-terangan menghalalkan homo atau lesbi. Sebagaimana yang dilontarkan oleh seorang Guru Besar di Universitas tersebut yaitu Prof. Dr. Siti Musdah Mulia yang dimuat oleh harian The Jakarta Post, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam ‘recognizes homosexuality’ (Islam mengakui homoseksualitas).
Menurut beliau, para sarjana Muslim moderat berpendapat, bahwa tidak ada alasan untuk menolak homoseksual. Dan bahwasanya pengecaman terhadap homoseksual atau homoseksualitas oleh kalangan ulama arus utama dan kalangan Muslim lainnya hanyalah didasarkan pada penafsiran sempit terhadap ajaran Islam. Tepatnya, ditulis oleh Koran ini: “Moderate Muslim scholars said there were no reasons to reject homosexuals under Islam, and that the condemnation of homosexuals and homosexuality by mainstream ulema and many other Muslims was based on narrow-minded interpretations of Islamic teachings.”
Beliau menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi sosial atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, “Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya.” (There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety). Demikian pendapat guru besar UIN Jakarta ini dalam diskusi yang diselenggarakan suatu organisasi bernama “Arus Pelangi”, di Jakarta, Kamis (27/3/2008). Menurut Musdah Mulia, intisari ajaran Islam adalah memanusiakan manusia dan menghormati kedaulatannya. Lebih jauh ia katakan, bahwa homoseksualitas adalah berasal dari Tuhan, dan karena itu harus diakui sebagai hal yang alamiah.
Menyikapi apa yang dinyatakan oleh Prof. Dr. Siti Musdah Mulia menurut hemat penulis bahwa pernyataan beliau adalah sebuah kedangkalan pemahaman terhadap ayat suci al-Qur`an. Jika kita mencermati apa yang di katakan oleh beliau bahwa manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya, tentu kita tahu apa yang dimaksud dengan manusia yang taat terhadap Tuhannya. Dalam Islam, seorang yang taat adalah seseorang yang selalu melakukan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan tentu kita semua tahu, apa yang dilarang dan apa yang diperintahkan. Sebagai seorang yang taat kepada Tuhan, tentu bisa mengambil ibroh dalam kisah kaum Nabi Luth a.s. dan bisa menganalisa kenapa homoseksual dimasa itu dilarang bahkan dikecam oleh agama. Sebuah hal bodoh ketika seorang yang taat menghalalkan suatu hukum syariat yang sudah menyatakan bahwa hal tersebut adalah haram. Dalam al-Qur`an sendiri telah menerangkan dengan gamblang tentang pengharaman homoseksual. Sebagaimana yang tersirat dalam surat al-Isra ayat 32 dan surat al-A’raf ayat 80
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّن الْعَالَمِينَ
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”.
Dan dijelaskan pula dalam Hadits Nabawi
حدثنا عبد الله بن محمد بن علي النفيلي ثنا عبد العزيز بن محمد عن عمرو بن أبي عمرو عن عكرمة عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ” من وجدتموه يعمل عمل قوم لوط فاقتلوا الفاعل والمفعول به“
“Rasulallah S.a.w bersabda: “Barang siapa melakukan perbuatan kaum Nabi Luth a.s. maka bunuhlah mereka berdua”. (H.R Abu Daud no.4462 pada bab fi man amala amala qaum Luth).
Istifadah
Al-Qur`an sebagaimana yang kita tahu, bahwa setiap ayat yang terkandung didalamnya pasti ada hikmah dan pelajaran yang bias kita petik. Dan pada kisah Nabi Luth a.s. bersama kaumnya ini, penulis hanya bisa sedikit menganalisa istifadah dari sekian banyak istifadah yang terkandung didalamnya diantaranya;
- Bahwa kekuasaan Allah Swt. dalam hal memberikan azab bagi kaum yang melawan-Nya tidak dapat dihindarkan.
- Bahwa Allah Swt. mampu untuk memberi azab bagi orang yang mendustakan utusan-Nya.
- Bahwa Allah Swt. akan menyiksa bagi orang yang menuruti hawa nafsunya.
- Dalam kisah ini adalah sebuah bukti bahwa kasih sayang Allah Swt. terhadap hamba-Nya yang beriman selalu ada dimana dan kapan saja.
Epilog
Akhirnya, tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa kita sebagai makhluk tidak bisa lepas dari eksistensi ketuhanan. Dimana Dia lah yang mengatur kita agar menjadi makhluk yang baik. Kisah diatas adalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh bagi kita selaku umat akhir zaman untuk bisa mematuhi apa yang telah digariskan oleh-Nya.